Sabtu, 27 November 2010

Setuju Objek Wisata Panorama dibenahi

Warga Simpang Tanjung nan IV Berembug

Pesona objek pariwisata panorama danau dibawah, kecamatan Lembang Jaya yang nyaris tenggelam oleh lilitan persoalan mulai terkuak manakala dilakukan musyawarah dan gotoroyong bersama masyarakat sekitar objek wisata yang notabene adalah praktisi pariwisata dikawasan itu.

Musyawarah itu sendiri berlangsung di medan nan bapaneh setempat, Sabtu (9/10) antara kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olaharaga Kabupaten Solok Drs. Jasman, MM dengan wali nagari Simpang Tanjung Nan IV berikut sejumlah tokoh masyarakat dan tokoh pemuda di nagari tersebut. Anggota DPRD kabupaten Solok Masrizal ST yang berasal dari wilayah pemilihan Lembang Jaya juga hadir.

Dalam dialog dua arah antara Pemkab. Solok yang diwakili oleh Kadis pariwisata Jasma dengan warga tanjung nan IV disepakati objek wisata panorama dapat digerakkan menjadi potensial dengan aturan-aturan yang saling menguntungkan, terutama bagi anak nagari yang kesehariannya bertugas sebagai praktisi wisata di kawasan itu.
“ Kita tidak mengaji yang sudah-sudah lagi, tetapi ke depan bagaimana objek wisata panorama menguntungkan untuk masyarakat dan pemerintah sekaligus, “ kata Jamaluddin, tokoh masyarakat yang kerap di panggil wali Jama di kawasan itu.

Kesepahaman tersebut juga didukung oleh wali nagari Simpang Tanjung nan IV serta Bundo kandung setempat. Umumnya masyarakat menghendaki perubahan yang nyata terhadap potensi wisata dengan menyepakati dilakukan pembenahan infrastruktur secara bertahap serta pengaturan yang jelas dari pemakb. Solok.

Praktis sambutan masyarakat yang begitu antusias menjadi spirit bagi kadis pariwisata Kabupaten Solok untuk mengangkat masalah pengembangan panorama Danau Dibawah ke tingkat Kabupaten. Bahkan melalui Masrizal ST, anggota DPRD Kabupaten Solok itu memberi garansi untuk pengembangan objek wisata tersebut.
“ Tetapi tentu segala aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah sama-sama dipatuhi, “ tegas Masrizal seraya menjanjikan perjuangan anggaran perbaikan fasilitas wisata di panorama.
Rencana pembenahan objek wisata panorama sejaligus memperbincangkan soal bangunan-bangunan yang didirikan oleh masyarakat didalam objek tersebut. Dengan satu kata kebersamaan dan saling menguntungkan, warga Simpang Tanjung Nan IV menanti respon Pemkab. Solok untuk pembenahan lanjutan, sehingga panorama danau Dibawah akan mengubah citra kepariwisataan Kabupaten Solok

Jumat, 26 November 2010

Konvention Hall Alahan Panjang

Bakal Diswastanisasikan(?)

Kabupaten Solok terlanjur dikenal sebagai kawasan wisata danau. Danau Kembar sebagai ikon wisata daerah itu dinilai unik yang tidak dimiliki daerah lain, karena adanya danau Diatas dan Dibawah, kadang membuat penasaran banyak orang untuk dtang berkunjung.
Tetapi ironisnya panorama danau kembar yang rancak tidak diiringi dengan manajemen pengelolaan yang bagus oleh praktisi pariwisata setempat. Buktinya selain sejumlah cottage dan vilaa dalam kondisi amburadul, fasilitas air bersih selalu mengalami macet.
Ketika diamati sepanjang Sabtu (25/9) di area convention hall danau Diatas, Alahan Panjang, kecamatan Lembah Gumanti,  membuktikan objek pariwisata tersebut kurang urus. Padahal bangunan penginapan penunjang objek wisata tersebut  dibiayai dengan APBD miliara rupiah.
Kepala dinas Pariwisata Kabupaten Solok Drs. Jasman ikut terpurangah melihat kondisi kamar-kamar vilaa yang berantakan. Selain air bersih yang ditemukan dalam keadaan mati, Jasman juga menyaksikan fasilitas kamar berupa kasur dan lemari serta ruang tamu penginapan yang kacau. Sementara cat pada bagian dinding sudah mulai tak berketentuan.
“ Kita jadi berpikir untuk menswastanisasikan objek wisata ini ke pihak ketiga. Nanti perlu kita bicarakan dengan Bupati Solok, “ ungkap Jasman sembari mengitari ruangan cottage dan vill di convention Hall bersama kepala UPT Pariwisata Danau Kembar.
Menurut Jasman, jika kondisi tersebut dipertahankan, bidang kepariwisataan kabupaten Solok akan tertinggal. Keindahan danau kembar diyakini akan tinggal kenangan bila ini keadaan itu tidak segera disikapi.
Dari laporan sementara, kontribusi objek wisata Konvention Hall hanya mencapai Rp 26 juta setahun. Pendapatan itu merupakan hasil sewa kamar , sewa gedung pertemuan dan hasil penarikan karcis masuk ke lokasi objek wisata.
“ Itu sebuah pendapatan yang kecil sekali, padalah saat ini ada pihak ketiga yang mengelola lokasi convention hall dengan kontribusi sebanyak Rp 50 juta sebulan, “ kata Kadis Pariwisata yang baru dilantik oleh Bupati Syamsu Rahim itu.
Atas kenyataan itu, Jasman kian termotivasi untuk melemparkan wacana menswastanisasikan pengelelolaan objek wisata danau kembar kepada pihak ke tiga. Dengan berbagai item perjanjian yang saling menguntiungkan, tentunya dunia kepariwisataan Kabupaten Solok akan lebih bergairah.***


 

Dinas Pariwisata


Bentuk Garda Pemuda Sadar Wisata
Pengembangan pariwisata tidak hanya berorientasi pada pembangunan fisik, melainkan pula perlu diarahkan pada pemahaman masyarakat terhadap sector kepariwisataan itu sendiri. Dengan orientasi itu, masyarakat sekitar objek wisata diharapkan  ikut membantu meningkatkan kepariwisataan daerah. Salah satu langkah yang perlu segera dilakukan dinas Pariwisata, Budaya, Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten solok adalah membentuk Garda pemuda Sadar Wisata..

Kepala Disparbudpora Drs. Jasman,MM mengatakan , bahwa  sektor pariwisata  ke depan akan menjadi sector unggulan dan  bahkan menjadi arah kebijakan serta pengembangan program Bupati Solok ke depan.  Langkah itu harus diikuti dengan dengan pemgembangan sumber daya manusia, salah satunya melalui pembentukan kelompok sadar wisata.

” Kelompoik sadar wisata yang kita maksudnya adalah dengan memberdayakan pemuda-pemuda disekitar objek wisata agar mereka merasa bertanggung jawab terhadap pengembangan objek wisata itu sendiri, “ ujarnya.
Jasman mengatakan pembentukan Garda Pemuda Sadar Wisata  merupakan bagian dari pembangunan sumber daya manusia  yang berada digaris depan objek wisata. Ia membayangkan ketika kelompok pemuda disekitar obejk wisata diberdayakan dan bahkan kelak akan dilengkapi dengan atribut kepariwisataan, mereka secara terorganisir akan melakukan tugas sebagai instrument kepariwisataan itu sendiri.
“ Yang menjadi momok bagi pengujung objek wisata sekarang ini adalah soal biaya parker atau biaya masuk objek wisata. Mereka kadang menarik  uang parker sesukanya dan bahkan memungut biaya masuk tanpa aturan yang pasti. Kedepan itu harus dikelola oleh pariwisata dengan melibatkan mereka sebagai pelaku kepariwisataan itu sendiri, “ kata Kadis Pawisata Kab. Solok itu.
Dengan pembentukan Garda pemuda Sadar Wisata, diharapkan pihak kepariwisataan bisa pula melakukan pembinaan guna mengembangkan kelompok sadar wisata pada setiap objek wisata  di kecamatan, serta memberikan pengetahuan dan wawasan tentang kepariwistaan dan kebudayaan. Harapan lebih jauh tentunya akan menumbuhkan kesadaran masyarakat agar dapat memelihara kelestarian lingkungan objek wisata  itu sendiri.
Seperti halnya di kawasan objek wisata Taluak Tikalak, atau di panorama danau Dibawah. Kondisinya saat ini cukup memprihatinkan karena tidak dikoordinir secara resmi, sehingga masyarakat terutama pemuda setempat melakukan penarikan biaya masuk dan biaya parker sesukanya. Sementara dampak dari objek pariwisata itu sendiri  bagi pemasukan keuangan daerah berupa retribusi tidak ada sama sekali.
Dengan melakukan pembinaan secara komprehensif, disamping menata fasilitas obejk wisata, juga memberdayakan masyarakat setempat menjadi pelaku wisata, diharapkan potensi obejk wisata Kabupaten Solok nantinya menjadi sumber keuangan daerah dan tentu saja memberi dampak secara perekonomian kepada masyarakat sekitar.

ARIZAL

Memproduksi Alat Kesenian Tradisonal

Ditengah peralihan selera seni dan kecendrungan masyarakat meninggalkan nilai-nilai tradisi, salah seorang pekerja seni Tradisional Kabupaten Solok masih tekun menukangi bakat seninya yang tumbuh secara  otodidak. Adalah Arizal, pegawai Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Solok, seolah tidak memperdulikan pergerakan selera dan minat seni masyarakat Sumatera Barat kebanayakan. Dengan keahliannya yang spesifik, selain sebagai pemimpin Group Rabab Dagang Pesisir, ayah 3 anak itu sekaligus memproduksi alat-alat kesenian tradional Minangkabau, seperti gandang dol, gandang katandiak, rabana, bansi, sarunai tanduak, sarunai. Saluang, seruling, gandang jimbe.
  Ditemui di dikediamannya di jalan Bandar Air Dingin nomor 139, Perumnas Batu Kubung, yang sekaligus dijadikan  bengkel Pembuatan alat  kesenian tradisional Minangkabau, Rabu (23), suami Yurnalis itu mengungkapkan keprihatinannya terhadap kesenian tradisional yang nyaris habis ditelan oleh kemajuan-kemajuan. Kemjauan jaman itu kemudian menelantarkan nilai-nilai seni yang notabene merupakan kehalusan jiwa masyarakat Minangkabau.
Namun ditengah gencarnya perkembangan tekhnologi itu, masih tersisa sedikit harapan untuk melestarikan kesenian tradisional melihat kerinduan sebagian besar perantau Minang yang bertebaran di seluruh Nusantara, masih menyimpan rasa dan nilai-nilai itu.
“ Banyak perantau yang mencintai kesenian tradisi. Kesenian Minang bagi orang rantau identik dengan kampung. Anggapan itulah yang kemudian mendorong saya untuk tetap mempertahankan danbahkan memproduksi alat-alat kesenian tradisional minangkabau, “ kata Arizal yang mengaku kadang menerima order berkesenian di luar Sumatera Barat.
Menjawab Singgalang tentang proses produksi alat kesenian tersebut, seperti Gandal dol yang biasa dipakai sebagai gendang Tabuik di Pariaman, atau gandang yang digunakan untuk menggiringi tari dengan talempong, bahanya terbuat dari kayu besar yang diolah  secara manual dengan memakai alat-alat pahat, katam dan gergaji.
Bahan lain yang diperlukan berupa rotan dan kulit kambing, tali dan besi untuk menstel alat tersebut.
” Bahan kulit kambiang sangat mudah dengan mendatangi lokasi pemotongan kambing, “ jelasnya seraya menyetel salah satu alat gendang yang siap dipasarkan.
Untuk pembuaatan  1 unit gendang dol, aku Arizal, membutuhkan 2 kulit kambing. Artinya kalau 1 gropu kesenian harus mempergunakan 2 gendang dol, kebutuhan bahan 4 lembar kulit.
Dengan produksi alat kesenian tradisonal itu, Arizal dikediamannya mampu pula mempekerjakan 6 orang karyawan dengan sistim borongan. Tetapi pekerjaan yang dilakukan tidak setiap hari, melainkan tergantung ketika adanya pesanan.
“ Harga gendang dol saat ini mencapai  Rp 1juta/buah. Sedangkan gendang katindiak berkisar antara  Rp 800.000 sampai Rp 900.000. Kemudian gendang rebana 1 set 11 buah harganya sebanyak  Rp 3 juta, “ papar lelaki yang berasal dari Pesisir Selatan itu.
Sebagai usaha tambahan gaji dari pekerjaan tetapnya menjadi PNS di Pemkab. Solok, profesi tukang rabab dan berkesenian tradisonal bagi Arizal merupakan bakatnya yang mampu dilakukan secara professional. Terbukti disamping melayani order rabab dan dendang secara komersial, Arizal yang membiayai sekolah anak-anaknya dari hasil memproduksi alat kesenian itu telah sempat melakukan perjalanan kesenian di sejumlah daerah di Sumatera dan Jawa

Drs. Jasman, MM

 Kadis Pariwisata Kab. Solok

Dari mulut ke mulut, kabupaten Solok memiliki objek wisata yang sama manisnya dengan mulut itu sendiri. Bahkan dengan lahirnya iven olahraga kelas dunia yang dipadu dengan kemolekan alam Sumatera Barat- Tour de Singkarak- menjadikan Kabupaten Solok sangat indah dimata dunia.
Tetapi kenyataan berkataan lain. Keindahan itu diperbiarkan tergolek tanpa sentuhan-sentuhan untuk merangsang perbaikan objek-objek wisata yang eksotis.
“ Kita melihatnya seperti belum mendapat sentuhan dalam satu program yang menggigit, “ kata Drs. Jasman.
Lelaki putih dan obsesif itu merenung di kursi barunya diruang kepala Dinas Pariwisata Seni-Budaya, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Solok. Panjang benar nama instansi yang dipimpinnya, seberat tupoksi yang harus dijalankannya. Namun ketika kerangka pikirannya beradu dengan inspirasi untuk mewujudkan sebuah perubahan di sektor pariwisata, pihaknya seolah terbentur oleh komitmen untuk berbenar-benar mengembangkan dunia pariwisata secara menyeluruh.
Dalam terawangannya ke depan, Jasman yang dipercaya oleh Bupati Solok Syamsu Rahim untuk menggemai sektor pariwisata mengaku sadar atas kehadirannya yang diragukan oleh banyak pihak. Tetapi dibalik keraguan itu, kata mantan Kakan Satpol PP Kota Solok ini, justru menimbulkan tantanganbaru dan ia bertekad akan menjawabnya dengan perubahan yang signifikan, tentunya dengan satu kata; kebersamaan dalam sebuah tim.
“ Pariwisata membutuhkan banyak instrument untuk mengembangkannya. Disamping kebijakan daerah, juga memerlukan perhatian instansi lain yang terkait dalam dunia kepariwisataan, “ tutur Jasman.
Tidak bisa pariwisata hanya dikerjakan oleh pegawai pariwisata. Banyak unsure yang perlu terlibat dalam untuk sebutan sebagai praktisi pariwisata. Karena itu kerjasama itu harus menjadi kekuatan yang tidak bisa dikesampingkan.
Mengulang hebatnya objek pariwisata kabupaten Solok, tersebutlah kekayaaan dan potensi alam yang luar biasa didalamnya. Ada sebanyak 4 buah danau, yang daerah lain tidak memiliki alam yang begitu spesifik. Danau Singkarak, Danau Talang, Danau Kembar (Diatas dan Di bawah). Keindahan panorama danau itu menyatu dalam kultur masyarakat yang unik. Itu merupakan kekayaan yang tersimpan rapi sejak dahulu kala. Bagi pelancong yang dating mengunjungi Kabupaten Solok, pula tidak sekedar menemukan keindahan alam. Ada lagi kekakayaan budaya. Juga tersedia berbagai objek jenis kesenian tradisonal dan tradisi masyarakat yang masih kental.
“ Tetapi semua potensi itu tersimpan begitu saja. Kalaupun ada pembenahan, itu cenderung dilakukan sepotong-sepotong. Karena itu, kita meminta dukungan Kepala Daerah untuk memikirkan secara komrehensif pengembangan pariwisata ini, “ ulas Jasman yang mengawali perubahan itu dari manajemen di internal institusi tersebut.
 Sadar pula akan pariwisata sebagai magnit perubahan, bahkan dalam paradigma masyarakat modern pariwisata menjadi primadona, Kadis Pariwisata kabupaten Solok itu kemudian melemparkan obesisinya untuk mengalihkan perhatian orang kepada sector kepariwisataan. Kendati diakui bukan seperti membalik telapak tangan, namun dengan satu keinginan mencapai kemajuan pada akhirnya ia membutuhkan banyak instrument. Salah satu yang paling essensial dan urgen adalah peran media massa.
“ Faktor kunci dari perkembangan dunia pariwisata adalah media massa. Karena itu kita membutuhkan peran pekerja jurnalistik atau wartawan, “ tuturnya seraya menekankan belum sempurna perjalanan ke Sumbar tanpa mengunjungi Kab. Solok.

Potensi Alam Kabupaten Solok Perlu Sentuhan

Kesadaran atas kekayaan alam Kabupaten Solok yang menawarkan banyak objek-obejk wisata yang poitensial, telah lama muncul. Namun realita itu belum diiringi dengan komitmen untuk menyentuhnya menjadi sebuah potensi yang bakal memawa efek domino terhadap perekonomian masyarakat. Beranjak dari kondisi tersebut, kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Solok Drs. Jasman lantas menerawang pada sebuah kemajuan yang luar biasa jika seluruh instansi terkait berbenar-benar mengembangkan sektor ini.



“ Di Indonesia ini,  Sumatera Barat memiliki objek wisata yang cukup banyak. Dan untuk Sumatera Barat, justru Kabupaten Solok yang memiliki potensi. Tetapi sampai sekarang belum disentuh seutuhnya, “ kata Jasman .
Dikatakan, secara kasat mata Kab. Solok  memiliki keindahan alam yang mungkin  tidak dapat dijumpai di daerah lain. Tetapi hal ini belum cukup bisa menjadikan Kab. Solok sebagai icon wisata di Sumbar,  apalagi secara Nasional.
“ Dalam kerangka pikiran saya, bagaimana bisa  menggarap pariwisata Kabupaten Solok secara komprehensif dan Karena itu kita butuh dukungan program kepariwisataan secara lintas  instansi,” kata mantan Kasat Pol PP Kota Solok yang baru dua hari menjabat sebagai Kadis Pariwisata Kab. Solok.
Ia berpikiran banyak hal yg perlu ditingkatkan agar sektor pariwisata Kab. Solok bisa maju untuk menjadikan sector ini sebagai andalan dan mampu memberikan multiplier efek terhadap perekonomian masyarakat sekitar. 
Salah satu langkah awal yg harus di rumuskan, kata Jasman,  adalah membidik dengan melengkapi dan  membangun fasilitas-fasilitas wisata  yang konsisten dengan kebutuhan sasaran pasar.
Sebagai Kepala Dinas Pariwisata Seni Budaya, Pemuda dan Olahraga Kab. Solok, Jasman selain dihadapkan dengan tantangan untuk mengembangkan objek wisata, pihaknya juga seperti ditantang oleh Visi dan Misi Bupati Solok Syamsu Rahim yang bakal membangun daerah itu dengan menguatkan peran tali tigo sapilin, tungku tigo sajarangan. Filosifi itu menngadung arti dan sesuai tupoksinya, akan bekerja ekstra untuk menempatkan ninik mamak dan tokoh adat dalam mengejar capaian-capaian pembangunan itu sendiri.