Jumat, 26 November 2010

ARIZAL

Memproduksi Alat Kesenian Tradisonal

Ditengah peralihan selera seni dan kecendrungan masyarakat meninggalkan nilai-nilai tradisi, salah seorang pekerja seni Tradisional Kabupaten Solok masih tekun menukangi bakat seninya yang tumbuh secara  otodidak. Adalah Arizal, pegawai Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Solok, seolah tidak memperdulikan pergerakan selera dan minat seni masyarakat Sumatera Barat kebanayakan. Dengan keahliannya yang spesifik, selain sebagai pemimpin Group Rabab Dagang Pesisir, ayah 3 anak itu sekaligus memproduksi alat-alat kesenian tradional Minangkabau, seperti gandang dol, gandang katandiak, rabana, bansi, sarunai tanduak, sarunai. Saluang, seruling, gandang jimbe.
  Ditemui di dikediamannya di jalan Bandar Air Dingin nomor 139, Perumnas Batu Kubung, yang sekaligus dijadikan  bengkel Pembuatan alat  kesenian tradisional Minangkabau, Rabu (23), suami Yurnalis itu mengungkapkan keprihatinannya terhadap kesenian tradisional yang nyaris habis ditelan oleh kemajuan-kemajuan. Kemjauan jaman itu kemudian menelantarkan nilai-nilai seni yang notabene merupakan kehalusan jiwa masyarakat Minangkabau.
Namun ditengah gencarnya perkembangan tekhnologi itu, masih tersisa sedikit harapan untuk melestarikan kesenian tradisional melihat kerinduan sebagian besar perantau Minang yang bertebaran di seluruh Nusantara, masih menyimpan rasa dan nilai-nilai itu.
“ Banyak perantau yang mencintai kesenian tradisi. Kesenian Minang bagi orang rantau identik dengan kampung. Anggapan itulah yang kemudian mendorong saya untuk tetap mempertahankan danbahkan memproduksi alat-alat kesenian tradisional minangkabau, “ kata Arizal yang mengaku kadang menerima order berkesenian di luar Sumatera Barat.
Menjawab Singgalang tentang proses produksi alat kesenian tersebut, seperti Gandal dol yang biasa dipakai sebagai gendang Tabuik di Pariaman, atau gandang yang digunakan untuk menggiringi tari dengan talempong, bahanya terbuat dari kayu besar yang diolah  secara manual dengan memakai alat-alat pahat, katam dan gergaji.
Bahan lain yang diperlukan berupa rotan dan kulit kambing, tali dan besi untuk menstel alat tersebut.
” Bahan kulit kambiang sangat mudah dengan mendatangi lokasi pemotongan kambing, “ jelasnya seraya menyetel salah satu alat gendang yang siap dipasarkan.
Untuk pembuaatan  1 unit gendang dol, aku Arizal, membutuhkan 2 kulit kambing. Artinya kalau 1 gropu kesenian harus mempergunakan 2 gendang dol, kebutuhan bahan 4 lembar kulit.
Dengan produksi alat kesenian tradisonal itu, Arizal dikediamannya mampu pula mempekerjakan 6 orang karyawan dengan sistim borongan. Tetapi pekerjaan yang dilakukan tidak setiap hari, melainkan tergantung ketika adanya pesanan.
“ Harga gendang dol saat ini mencapai  Rp 1juta/buah. Sedangkan gendang katindiak berkisar antara  Rp 800.000 sampai Rp 900.000. Kemudian gendang rebana 1 set 11 buah harganya sebanyak  Rp 3 juta, “ papar lelaki yang berasal dari Pesisir Selatan itu.
Sebagai usaha tambahan gaji dari pekerjaan tetapnya menjadi PNS di Pemkab. Solok, profesi tukang rabab dan berkesenian tradisonal bagi Arizal merupakan bakatnya yang mampu dilakukan secara professional. Terbukti disamping melayani order rabab dan dendang secara komersial, Arizal yang membiayai sekolah anak-anaknya dari hasil memproduksi alat kesenian itu telah sempat melakukan perjalanan kesenian di sejumlah daerah di Sumatera dan Jawa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar